Selasa, 09 Januari 2018

The Sri Mahamariamman Temple merupakan salah satu candi Hindu di Malaysia yang terbesar dan (kabarnya) yang terkaya. Bertempat di areal China Town, tempat ibadah yang masih digunakan untuk berdoa sehari-hari, tampak mencolok. Dari kejauhan, warna-warni ornamen bangunan sungguh mempesona.
Pintu Masuk The Sri Mahariamman Temple

Apabila kalian sedang menikmati jajanan di Jalan Petaling, The Sri Mahamariamman dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Di dekat sini juga terdapat MRT Station, sehingga mudah dikunjungi.
Pintu Masuk Jalan Petaling

Sebelum kita memasukinya, jangan lupa menitipkan sepatu di bagian kiri pintu masuk. Untuk memasuki tempat ibadah ini, kita harus bertelanjang kaki. Dengan membayar beberapa ringgit, sepatu kita tersimpan rapih dan aman. Berhubung pakaian saya yang agak terbuka, mereka juga memberi saya kain penutup.


Begitu memasuki gerbang, kita seperti berada di dalam film Mahabarata. Langit-langit dan pilar bangunan utama yang ada di depan mata memiliki warna-warni yang cantik. Tidak akan pernah bosan untuk melihat warnanya. Selain berdoa, saya melihat beberapa orang beristirahat dari panasnya matahari.

Di bagian kiri bangunan terlihat selasar dengan patung-patung yang tak kalah menarik warnanya. Walaupun tampak sebagai tempat berdoa, pengunjung juga bisa berfoto di sana. Tempat ini memang terbuka untuk wisatawan dan bisa bebas berfoto, tentu saja kita tetap harus sopan. Begitu saya keluar dari candi ini, seakan saya ditarik kembali ke jalan Kuala Lumpur yang panas.


Alamat: Jalan Tun H. S. Lee No 163, Petaling Jaya, Kuala Lumpur.
Jam buka: 06:00 – 21:00.
Biaya masuk: gratis.

Selasa, 02 Januari 2018

Mau tahu salah satu tempat makan yang happening banget di Kuala Lumpur? Yak, Merchant's Lane jawabannya. Siang hari ini, sengaja saya menuju tempat di daerah Petaling Jaya.

Grab yang membawa saya berhenti di sebuah pintu sebelah toko alat tulis di tengah daerah China Town. Saya sempat tertegun, tetapi terdapat plang terlulis Merchant's Lane. Antara ragu dan penasaran saya membuka pintu tua tersebut.


Seperti membuka kotak harta karun, saya kembali dikejutkan dengan apa yang ada di balik pintu tersebut. Angin dingin AC, suasana hangat, dan bau semerbak makanan langsung menyambut. Seakan melihat gudang bekas yang disulap menjadi restoran fancy, warna-warni interior rustic tetapi masih terkesan vintage. Terdapat tiga pilihan area, bagian depan yang luas dengan atap tinggi indoor, bagian tengah outdoor untuk smooking area, dan bagian belakang indoor yang dihiasi lukisan bunga dan kursi gantung.

Bagian depan

Area outdoor
Kursi gantung di area indoor bagian belakang
Tampak area indoor di belakang dari area outddor
Pelayan yang ramah menunjukan meja kita sekaligus membawakan menu dan air putih. Setelah cukup lama memilih, kita menuju ke meja cashier untuk memesan dan membayar. Menu fushion, peranakan yang digabungkan dengan gaya barat, adalah yang ditawarkan di tempat ini. Kami memilih 3 menu signature, Hongkie Beef Stew, Italian Chow Mein, dan The Taukay. Deretan cake yang menggoda membuat saya menambah red velvet cake sembari menunggu makanan dibuat.



Ketika makanan diantar ke meja, semuanya sungguh menggugah selera. Yuk, kita cicipi satu per satu!

Red Velvet
Manisnya pas dan rasanya cukup enak. Tetapi buat saya, Red Velvet di Union, Jakarta, masih lebih unggul.











Hongkie Beef Stew, 22RM
Potongan daging sapi dimasak 12 jam dengan Cantonese Style sangat empuk. Penyajiannya dilengkapi mash potato kemudian disiram saus kental dan gravy. Saat dilihat kurang menggugah selera, tetapi saat dimakan, rasanya juwara. Dari segi rasa seperti semur daging sapi, tetapi lebih pekat dan berempah.







Italian Chow Mein, 21RM
Dari foto saja kalian pasti sudah tahu ini adalah spageti yang dipadu dengan daging dan saus rendang. Rasanya enak dan rempahnya berasa. Nikmat sekali.










The Taukay, 22RM
Burger dengan charcoal bun (karena itu rotinya berwarna hitam) dengan isian keju, telur, dan daging sapi. Daging sapinya dibuat sendiri sehingga masih "kasar' dan dicelupkan ke saus kacang sate. Tidak pernah menyangka kalau perpaduannya bisa pas sekali.








Pipits Nest, 17RM
Kami memang tidak memesan, tapi kalau kalian ke sini, menu ini bisa dicoba. Kenapa? Karena kalau diperhatikan, nyaris di setiap meja menu ini dipesan. Potongan cakwe goreng, bawang bombay, dan potongan tender ayam disiram dengan saus keju dan mayo yang cukup menggoda. Walaupun mereka memasukannya ke appetizer, tetapi melihat ukurannya saat disajikan, sepertinya cukup mengenyangkan.

Setelah puas menikmati makan siang, jangan lupa untuk kami berfoto sembari menurunkan isi perut. Hampir semua tempat menjadi spot yang menarik untuk difoto.



Secara overall, buat kalian yang mampir ke Kuala Lumpur, kalian wajib ke Merchant's Lane. Selain tempatnya yang instagrammable, makanannya cukup nikmat dan affordable. Harga mungkin sedikit mahal, tetapi porsi cukup besar. Apalagi air putihnya gratis, jadi tidak perlu memesan minum. Asik, kan?


Alamat: 1st Floor, 150, Jalan Petaling, Kuala Lumpur, Malaysia
Waktu buka: 11.30AM-10PM
Tempat: CCCC

Harga: CCC


Follow Us @adjeng_praja