Senin, 29 Juli 2019

















Ke Kuala Lumpur, Malaysia, tampaknya kurang lengkap kalau belum mengunjungi Jalan Alor. Jalan yang berjarak 1.5km dari KLCC ini memang terkenal dengan kulinernya di malam hari.

Mural di Tembok Depan Rumah Penduduk

Kali ini saya akan mengunjungi Jalan Alor, tetapi bukan untuk berburu kuliner, melainkan berburu mural. Yes, saat iseng buka instagram, saya melihat banyak mural yang bertebaran di sini. Berhubung menginap di seputaran Bukit Bintang, saya memutuskan berjalan kaki ke Jalan Alor.


Jalan Alor sangat mudah untuk dijangkau, terutama dengan bantuan mbah google maps. Muralnya tersebar di gang-gang, yah semacam main petak umpet, kita cari spot foto yang ngegemesin ini. Memang di mana-mana mural selalu jadi tempat yang instagramable.

Mural Di Depan Cafe

Sebenarnya sebagian besar mural akan ditemukan di bagian belakang restauran ataupun pemukiman warga. Seharusnya bagian tersebut tidak menarik, tetapi kebersihan dan gambar dengan cat berwarna-warni membuatnya menarik. Walaupun memang beberapa di antaranya adalah bagian depan motel maupun restauran.

Suasana Jalan Alor yang Tidak Terlalu Ramai

Saat saya ke sana, walaupun di hari Minggu, tetapi tidak terlalu ramai. Walaupun tetap saja ada beberapa orang yang juga sedang berburu spot foto.




Bagaimana Menuju ke Jalan Alor?
Menggunakan Grab / Taxi dan turun di Hotel Melange. Harga Grab di Malaysia tidak terlalu mahal, hampir sama dengan di Indonesia.
Jalan kaki dari KLCC sekitar 1,5km. Lama tempuhnya sekitar 20 menitan.

Hotel Melange Sebagai Patokan

Tips ke Jalan Alor
1. Pakai pakaian dan alas kaki yang nyaman karena kita akan banyak berjalan kaki.
2. Selalu hati-hati dengan barang bawaan. Walaupun aman, di sini ada beberapa orang 'iseng'.
3. Pastikan baterai hp full charge karena kita akan super banyak berfoto dan menggunakan google maps.
4. Pagi atau sore hari merupakan waktu yang tepat karena panas matahari tidak terik.

Selamat berburu mural ya..

Di Tengah Jalan Pun Terdapat Mural

Selasa, 23 Juli 2019



Petra, kota batu di Yordania, merupakan salah satu dari bucket list banyak orang, termasuk saya. Petra menjadi makin terkenal saat masuk ke dalam list 7 keajaiban dunia baru tahun 2007.

Petra berjarak sekitar 200 km dari ibukota Yordania, Amman. Waktu tempuh yang dibutuhkan adalah 3 jam menggunakan bis atau mobil.

Untuk memasuki Petra, kita wajib membayar 50 JD atau sekitar 700 ribu. Cukup mahal, tapi dijamin worth it.

Karcis Masuk Petra

Setelah melewati Petra Visitor Centre dan gerbang masuk, kita harus berjalan di tengah padang pasir yang dikelilingi bukit batu. Saat ke sana di musim panas, suhunya bisa mencapai 45 derajat dan cukup berdebu.

Pintu Masuk Petra

Padang Pasir yang Menanti

Bagi yang tidak kuat berjalan kaki, maka terdapat kereta kuda yang siap mengantar untuk berkeliling. Saat itu, saya memilih untuk berjalan kaki.

Berfoto untuk Mengusir Rasa Lelah Sepanjang Jalan

Tak seberapa jauh, kita melewati celah di dua kanyon atau pegunungan batu. Panjangnya sekitar 1.5 km dengan lebar 2 meter yang disebut dengan Siq. Saya berdecak kagum sambil berhenti beberapa kali untuk mengambil foto.

Berpose di antara Dua Kanyon

Detail lorong batu ini cukup memukau. Warnanya coklat dengan semburat jingga, terkadang semburatnya lebih merah.

Foto di Lorong Batu dengan Semburat Merah
The Treasury

Petra sempat hilang terkubur selama 500 tahun, sehingga banyak orang menyebutnya "The Lost City". Sampai kemudian tahun 1812 dapat diketemukan kembali oleh penjelajah dari Swiss.
Di ujung lorong, kita akan melihat keindahan yang lebih menakjubkan. The Treasury atau Al-Khazneh, istana batu yang merona merah jambu. Warnanya cantik sekali sehingga penulis John William Burgon menyebutnya "a red rose city". Entah bagaimana jaman dahulu kota ini dibuat dengan memahat bukit berbatu.

Dahulu Petra adalah ibukota Kerajaan Nabatean yang didirikan pada 400 tahun sebelum masehi. Kala itu, Petra dikenal sebagai kota yang sulit ditembus musuh. Selain itu, letaknya di Lembah Wadi Araba membuat kota ini terhindar dari badai pasir. Udaranya pun cukup sejuk dengan angin yang semilir.


Tips Saat Mengunjungi Petra
1. Petra sangat bagus saat dikunjungi saat sunrise pagi hari, sehingga belum terlalu ramai oleh pengunjung.
2. Saat musim panas, suhu di Petra bisa mencapai 45 derajat, bahkan lebih. Jangan lupa membawa air minum karena akan sangat panas sekali.
3. Pakailah pakaian dan sepatu yang nyaman karena kita akan berjalan jauh.
4. Kereta kuda di Petra dapat dengan sembarangan membuang "kotoran", maka siapkan masker atau penutup hidung dari bau tak sedap. Ketika berjalan pun harus berhati-hati agar tidak menginjaknya.
5. Untuk mendapat hasil pemandangan dan foto yang maksimal, kita dapat mendaki bukit batu di sisi kanan Petra. Harus hati-hati saat menanjak karena curam dan banyak batu yang bisa terlepas saat terinjak.


Petra dari Atas Bukit Batu


Google Maps
https://www.google.com/maps/place/Petra/@30.3284544,35.4443622,15z/data=!4m5!3m4!1s0x0:0x199bf908679a2291!8m2!3d30.3284544!4d35.4443622


Sabtu, 13 Juli 2019


Singapura memang ngga ada matinya. Ketika orang (termasuk saya) berlomba-lomba mencari tempat yang instagramable, Singapura muncul dengan Haji Lane-nya.

Deretan cafe di Haji Lane

Haji Lane adalah jalan atau lebih tepat disebut dengan gang sepanjang 300 meter. Yang membuat menarik adalah bangunan dengan arsitektur peranakan yang dihiasi mural dan dicat berwarna-warni. Nuansanya menjadi artistik.

Cafe dengan Mural Warna-Warni

Saat pagi hari, Haji Lane akan paling enak untuk dikunjungi karena panas belum terik dan belum banyak oranng yang berlalu lalang. Sehingga kita bisa puas berfoto dengan latar yang 'bersih'. Yah memang, saat itu butik, toko, dan kafe masih tutup. Nama kafe dan tokonya terkadang menggelitik dan sangat kreatif.

Salah satu toko dengan nama unik



Saat sore hari juga tak kalah menarik, lampu di sepanjang jalan akan dinyalakan. Suasananya asik untuk yang ingin nongkrong cantik. Walaupun kurang oke untuk mengambil foto karena ramai dan sedikit gelap.

Cafe Asik untuk Nongkrong

Haji Lane lebih yahud disusuri dengan berjalan kaki. Dijamin baru jalan sebentar, kita sudah berhenti untuk mengambil foto atau window shopping di toko dan butik yang lucu-lucu.

Salah satu butik di Haji Lane



Pakailah baju yang nyaman dan menyerap keringat karena udara di Singapura sama seperti di Indonesia, cukup membuat kita berkeringat. Jangan lupa menggunakan sunglasses dan topi untuk menahan teriknya matahari. Sekalian untuk properti foto, bukan?


Bagaimana Menuju Haji Lane?
MRT, turun di Bugis, jalan sekitar 500 meter.

Google Maps
https://goo.gl/maps/3WGKGh4kyTYLAVjk8

Youtube Video




Follow Us @adjeng_praja